Skip to main content

Waspada Demam Berdarah, Simak Tips Pencegahan

Tahun 2024 menjadi saksi keprihatinan dengan lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga 15 April 2024, terdapat 62.001 kasus DBD dengan 475 kematian, jauh melampaui angka pada periode yang sama di tahun 2023. Lonjakan ini memicu kewaspadaan dan langkah preventif untuk memerangi penyakit berbahaya ini.

Mengapa Kasus DBD Meningkat di Tahun 2024?

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab kenaikan kasus DBD di tahun 2024 ini. Pertama, perubahan iklim. Cuaca yang lebih hangat dan lembab, seperti yang terjadi di Indonesia, merupakan kondisi ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus Dengue, untuk berkembang biak. Kedua, mobilitas penduduk. Meningkatnya mobilitas penduduk, baik domestik maupun internasional, dapat mempermudah penyebaran virus Dengue. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum memahami bahaya DBD dan cara pencegahannya yang tepat.

Kenaikan kasus DBD diiringi dengan peningkatan angka kematian menjadi pengingat bahwa penyakit ini tidak boleh dianggap remeh. DBD dapat menyerang siapa saja, namun beberapa kelompok lebih berisiko, seperti anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi medis tertentu. Gejala DBD dapat berkisar dari demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hingga ruam kulit. Pada kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan perdarahan, syok, dan bahkan kematian.

Kasus DBD terbanyak terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak. Ini diperkirakan akan berlanjut hingga bulan April karena musim hujan setelah El Niño akan datang. Meskipun DBD dapat disembuhkan, kita harus waspada terhadap kemungkinan komplikasi Syok pada DBD, juga dikenal sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS), yang dapat menyebabkan kematian. Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki 3 fase, yaitu:

  • Fase Demam: Fase ini berlangsung selama 2-7 hari dan ditandai dengan demam tinggi (38-40°C), sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi, mual dan muntah, ruam kulit, dan rasa lemas.
  • Fase Krisis: Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-7 setelah demam dimulai. Gejala pada fase ini lebih parah, seperti demam tinggi yang turun drastis, sakit perut, muntah terus menerus, perdarahan (mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah di kulit), dan penurunan tekanan darah. Penurunan trombosit dan kebocoran plasma darah dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti Dengue Shock Syndrome (DSS).
  • Fase Pemulihan: Jika pasien berhasil melewati fase krisis, mereka akan memasuki fase pemulihan. Gejala-gejala DBD akan mereda secara perlahan dan pasien akan mulai kembali pulih.

Mitos dan Fakta tentang DBD

Mitos:

  • Demam Berdarah hanya menyerang anak-anak.
  • Mandi air dingin dapat mencegah DBD.
  • Orang yang pernah terkena DBD tidak akan terkena lagi.

Fakta:

  • Demam Berdarah dapat menyerang siapa saja, tidak hanya anak-anak.
  • Mandi air dingin tidak dapat mencegah DBD. Pencegahan DBD dilakukan dengan 3M Plus: Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan Plus (memelihara ikan pemakan jentik nyamuk).
  • Orang yang pernah terkena DBD dapat terkena lagi, terutama jika terinfeksi virus Dengue serotipe lain.

Beberapa kelompok orang lebih berisiko terkena DBD, yaitu:

  • Anak-anak
  • Lansia
  • Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit autoimun
  • Orang yang pernah terkena DBD sebelumnya
  • Orang yang baru saja bepergian ke daerah endemik DBD

Tindakan Preventif untuk Mencegah DBD

Pencegahan DBD penting dilakukan untuk melindungi diri dan keluarga dari penyakit ini. Berikut beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan:

    • Melakukan 3M Plus: Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan Plus (memelihara ikan pemakan jentik nyamuk).
    • Menggunakan kelambu saat tidur.
    • Memakai obat nyamuk.
    • Menjaga kebersihan lingkungan.
    • Menanam tanaman pengusir nyamuk.
  • Fogging dan menaburkan bubuk larvasida untuk membasmi jentik 
  • Vaksin DBD: Vaksin DBD kini tersedia dan dapat membantu melindungi diri dari penyakit ini. Vaksin ini direkomendasikan untuk anak-anak usia 9-14 tahun yang tinggal di daerah endemik DBD. Vaksin DBD aman dan efektif, dan dapat membantu mengurangi risiko terkena DBD parah dan komplikasi yang fatal.

Selain itu ada beberapa metode alami untuk menolak nyamuk, termasuk penggunaan  essential oil seperti minyak lemon dan minyak citronella. Minyak-minyak ini efektif dalam menyembunyikan bau yang dipercayai nyamuk untuk menemukan tuan rumah mereka, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk mendeteksi manusia. Minyak lemon, khususnya, mengandung minyak citronella, yang merupakan bahan umum dalam repellent nyamuk komersial. Ini juga aman untuk manusia dan lingkungan, menjadikannya pilihan populer bagi mereka yang mencari alternatif alami untuk repellent berbasis kimia. 

Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang serius dan dapat berakibat fatal. Peningkatan kasus DBD di tahun 2024 ini menjadi pengingat bahwa kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan preventif untuk mencegah penyakit ini.

Masyarakat perlu memahami bahaya DBD dan cara pencegahannya yang tepat. Melakukan 3M Plus, menggunakan kelambu, memakai obat nyamuk, menjaga kebersihan lingkungan, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan vaksinasi DBD adalah langkah-langkah penting untuk melindungi diri dan keluarga dari penyakit ini.

Mari bersama-sama kita cegah DBD dengan meningkatkan kesadaran dan melakukan tindakan preventif.

Referensi:

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Situasi Dengue di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
  • World Health Organization. (2023). Dengue. World Health Organization.
  • Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Dengue fever. Centers for Disease Control and Prevention.
dr. Bryan John Junior

Graduated from Atma Jaya University, Dr. Bryan is known as a detail-oriented doctor who is dedicated fully to his patients. He consistently offers positive, lasting outcomes to her patients by recognizing their conditions and adapting treatments to their individualized needs.

Leave a Reply