Skip to main content

Memahami Pre-Diabetes dan Diabetes: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Masyarakat Indonesia

Diabetes melitus, atau kencing manis, telah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Penyakit kronis ini tidak hanya mengganggu kualitas hidup, tetapi juga menjadi salah satu penyebab kematian utama. Di balik bayang-bayang diabetes, terdapat pre-diabetes, kondisi yang menandakan peningkatan risiko diabetes di masa depan.

Memahami pre-diabetes dan diabetes merupakan langkah krusial dalam memerangi penyakit ini. Artikel ini akan mengupas tuntas kedua kondisi tersebut, termasuk prevalensi di Indonesia, metode diagnosis, dan langkah pencegahan yang efektif.

Apa itu Pre-Diabetes dan Diabetes?

Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah (glukosa) lebih tinggi dari normal, namun belum mencapai ambang batas diabetes. Jika tidak dikontrol, pre-diabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Diabetes sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, dengan tipe 2 menjadi yang terbanyak. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif, hormon yang bertanggung jawab untuk mengantarkan glukosa ke dalam sel untuk energi.

Seberapa Tinggi Ancaman Diabetes di Indonesia?

Menurut data Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PDSMKI), diabetes menempati urutan ke-3 penyebab kematian di Indonesia. Pada tahun 2021, diperkirakan 10,6 juta orang di Indonesia mengidap diabetes. Angka ini diprediksi akan terus meningkat, dengan proyeksi 27 juta penderita pada tahun 2030.

Bagaimana Mengetahui Pre-Diabetes dan Diabetes?

Gejala pre-diabetes dan diabetes awal mungkin tidak terlihat jelas. Namun, beberapa tanda yang dapat mengindikasikan kondisi ini antara lain:

  • Sering haus dan buang air kecil
  • Kelelahan
  • Penurunan berat badan tanpa sebab
  • Luka atau memar yang sulit sembuh
  • Penglihatan kabur
  • Kesemutan atau mati rasa pada kaki dan tangan

Pemeriksaan gula darah adalah cara paling akurat untuk mendiagnosis pre-diabetes dan diabetes. Berikut beberapa tes yang dapat dilakukan:

  • Tes Gula Darah Sewaktu (GDS): Mengukur kadar gula darah pada waktu tertentu, tanpa puasa terlebih dahulu.
  • Tes Gula Darah Puasa (GDP): Mengukur kadar gula darah setelah puasa minimal 8 jam.
  • Tes Hemoglobin Glikosilat (HbA1c): Mengukur kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir.

Langkah Pencegahan Penting

Mencegah pre-diabetes dan diabetes lebih baik daripada mengobatinya. Berikut beberapa langkah pencegahan yang efektif:

  • Menjaga pola makan: Konsumsi makanan bergizi seimbang, kaya serat, dan rendah gula. Batasi konsumsi makanan olahan, daging merah, dan lemak jenuh.
  • Meningkatkan aktivitas fisik: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda.
  • Menjaga berat badan ideal: Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama diabetes.
  • Berhenti merokok: Merokok dapat memperburuk resistensi insulin dan meningkatkan risiko diabetes.
  • Mengelola stres: Stres dapat meningkatkan kadar gula darah. Temukan cara yang sehat untuk mengelola stres, seperti yoga, meditasi, atau menghabiskan waktu bersama orang terkasih.

Kesimpulan

Pre-diabetes dan diabetes merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Memahami kedua kondisi ini, termasuk metode diagnosis dan pencegahan, sangatlah penting untuk memerangi penyakit ini. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, kita dapat menjaga kesehatan dan terhindar dari diabetes.

Referensi:

  • Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PDSMKI). (2021). Infografis Diabetes Melitus di Indonesia 2021.
  • International Diabetes Federation. (2023). IDF Diabetes Atlas 10th Edition.
  • American Diabetes Association. (2023). Standards of Medical Care in Diabetes – 2023Diabetes Care, 46(Suppl 1), S1-S82.
dr. Bryan John Junior

Graduated from Atma Jaya University, Dr. Bryan is known as a detail-oriented doctor who is dedicated fully to his patients. He consistently offers positive, lasting outcomes to her patients by recognizing their conditions and adapting treatments to their individualized needs.

Leave a Reply